GenPI.co Sultra - Buruknya sanitasi serta sulitnya akses air bersih diklaim sebagai penyebab gizi buruk kronis alias stunting pada anak.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara (Sultra) Asmar, Selasa (24/5).
”Dalam pencegahan stunting ada yang namanya intervensi sensitif, salah satunya sanitasi,” ucap dia saat menjadi pemateri di sebuah kegiatan.
Diketahui, angka prevalensi stunting di Sultra mencapai 30,02 persen berdasarkan hasil studi status gizi Indonesia (SSGI) 2021.
Asmar mengungkapkan, dari buruknya sanitasi tersebut bisa memicu terjadinya penyakit, seperti diare dan cacingan.
Ketika diare menyerang anak, kata dia, maka potensi terkena stunting jauh lebih besar.
”Apalagi kalau bayi kena diare berulang, bisa menghambat pertumbuhan bayi, begitu juga dengan cacingan,” jelasnya.
Selanjutnya, dia menambahkan, selain intervensi sensitif perlu diimbangi juga dengan intervensi spesifik yakni berkaitan dengan pemenuhan gizi.
Menurut hasil penelitian, kata Asmar, beberapa daerah Sultra penghasil ikan bahkan memiliki tingkat kasus stunting lebih tinggi.
Hal itu dikarenakan masyarakatnya lebih memilih makan-makanan cepat saji dibanding ikan yang kaya gizi.
”Oleh sebab itu, orang tua harus punya pengetahuan tentang gizi, jangan makan asal kenyang,” pungkasnya.