Nyata! Transformasi Digital BRI Tingkatkan Inklusi Keuangan

18 Oktober 2022 19:34

GenPI.co Sultra - Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan momentum transformasi digital di perusahaan BUMN makin menunjukkan dampak positif.

Efek positif itu tidak hanya terhadap pertumbuhan bisnis, tetapi juga dampak sosial kepada masyarakat.

Menurut Kartika, BUMN juga punya peranan besar dalam meningkatkan target 90 persen inklusi keuangan di Indonesia yang diusung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2024.

BACA JUGA:  Daur Ulang Sampah Terpadu, BRI Peduli Ajak Masyarakat Jaga Bumi

Sejalan dengan upaya pencapaian target tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mendongkrak inklusi keuangan melalui transformasi digital atau digitalisasi yang dipadukan dengan layanan fisik atau dengan konsep hybrid bank.

Perpaduan keunggulan layanan fisik secara langsung dan digital atau Phygital tersebut membawa BRI mengusung konsep hybrid bank.

BACA JUGA:  Cuma 8 Bulan, Transaksi AgenBRILink Tembus Rp 855 Triliun

“Di BRI, bank BUMN terbesar dan berbasis pelanggan terbesar dapat memberikan layanan ke segmen yang unbankable,” kata Kartika dalam diskusi panel Transformasi Ekonomi Melalui Digitalisasi pada Trade Investment & Industry Working Group (TIIWG) Road to G20: SOE International Conference di Bali, Senin (17/10).

Dia menjelaskan hal ini dilakukan secara konsisten dengan pendekatan offline and online interaction.

BACA JUGA:  Ada Ancaman Resesi, BRI Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

“Bagi mereka yang belum familier dengan digitalisasi layanan, BRI secara konsisten melakukan edukasi dan digitalisasi business process secara gradual,” ujar Kartika.

Kartika menyampaikan inovasi branchless banking AgenBRILink BRI dinilai mampu mendorong inklusi keuangan di Indonesia.

Melalui AgenBRILink, kata Kartika, layanan perbankan dapat hadir secara lebih dekat, dengan tetap menjalankan sentuhan digitalisasi di dalamnya.

“AgenBRILink berperan penting dalam melayani kebutuhan transaksi masyarakat, khususnya di wilayah-wilayah yang belum dapat dijangkau oleh bank," katanya.

AgenBRILink telah menjangkau lebih dari tiga per empat atau 77 persen desa di Indonesia.

Adapun hingga akhir September 2022, jumlah AgenBRILink telah mencapai 597.177 agen dengan jangkauan hingga ke 58.095 desa.

Inovasi lain yang diapresiasi adalah digitalisasi business process BRI melalui BRISPOT.

Kartika menjelaskan bahwa inisiatif ini menjadi solusi bagi BRI dalam menghadapi tantangan restrukturisasi kredit. Seperti diketahui, BRI menjadi bank dengan jumlah restrukturisasi kredit terbesar di masa pandemi ini sebesar Rp249,33 triliun.

“BRI harus merestrukturisasi rekening 3,3 juta rekening dengan nilai hampir Rp 250 triliun dan BRI dapat melakukannya dengan BRISPOT. Kalau tidak, tidak mungkin merestrukturisasi dengan nilai sebanyak itu hanya dengan interaksi fisik, semua ini dilakukan dengan menambahkan digitalisasi,” tambahnya.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa digitalisasi memiliki implikasi terhadap penurunan operational cost & operation risk.

“Sebagai bank yang fokus di micro finance tantangannya ada dua. Satu adalah operational cost-nya tinggi & operational risk-nya tinggi, dan cara men-shoot trouble itu adalah dengan digitalisasi. Digitalisasi akan langsung menurunkan operational cost maupun operational risk, digitalisasi,” ungkapnya.

“BRI come up with hybrid bank concept. Jadi itulah kemudian BRI datang dengan strategi hybrid bank. Jadi digitalisasi kita siapkan dari sekarang untuk menjangkau masyarakat yang sekarang sudah digital dan juga untuk ke depan. Tetapi, kemudian masyarakat yang sekarang belum digital, tetap harus kita layani dengan konsep Hybrid Bank,” pungkas Sunarso. (*)

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SULTRA