GenPI.co Sultra - Tantangan kondisi perekonomian terbesar datang dari eksternal, utamanya inflasi serta konflik Ukraina dan Rusia.
Inflasi yang tinggi membuat berbagai bank sentral meningkatkan suku bunga.
Sementara, konflik Ukraina dan Rusia memicu krisis pangan serta energi.
Hal itu disampaikan Direktur Utama BRI Sunarso dalam diskusi daring Capital Market Summit & Expo 2022.
Sunarso mengaku, pihaknya telah memetakan kondisi melalui empat matriks yang menjadi dasar mitigasi risiko dalam menghadapi situasi ekonomi saat ini.
Kondisi pertama adalah ekonomi pulih, inflasi naik, dan kualitas kredit memburuk.
Pada kondisi tersebut, mitigasi yang BRI lakukan di antaranya mempercepat proses write-offs agar recovery rate yang lebih tinggi
”Serta mempertahankan coverage ratio yang besar,” tuturnya.
Kedua, kondisi ekonomi membaik dengan inflasi terkendali diikuti kualitas kredit membaik.
Langkah yang diambil adalah mempercepat proses write-offs supaya mendapat recovery rate yang lebih tinggi,” terangnya.
”Namun, menurunkan coverage ratio, mengurangi bantalan untuk tumbuh,” terangnya.
Kemudian, melakukan enhance risk-based pricing model guna meningkatkan daya saing produk.
”Dan kemudian Loan Portofolio Guideline (LPG) yang dikendorkan, sehingga kredit dapat dipacu untuk lebihi cepat tumbuh,” ucapnya.
Ketiga adalah kondisi ekonomi tetap stagnan, namun inflasi selalu terkendali dengan kualitas kredit membaik.
”Strategi yang diambil adalah tumbuh secara selektif dengan melonggarkan sedikit Loan Portofolio Guideline (LPG) menjadi moderat,” jelasnya.
Terakhir, jika ekonomi tetap stagnan inflasi yang naik serta kualitas pinjaman memburuk, maka strategi BRI tumbuh secara terbatas.
Selain itu, pengaturan Loan Portofolio Guideline (LPG) yang lebih ketat dan mempertahankan coverage ratio yang tinggi.
”Itulah kira-kira empat matriks kemungkinan kondisi ekonomi yang mungkin terjadi ke depan,” pungkas Sunarso. (*)