Kisah Mualaf: Hidupku Terombang-ambing Diterpa Banyak Ujian

10 Maret 2022 19:00

GenPI.co Sultra - Namaku Sitti Maimunah. Umurku sekarang 55 tahun. Aku berasal dari Makassar. Kini tinggal di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

Aku lahir dari keluarga Nasrani. Aku merupakan anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara.

Sejak lahir, aku dididik oleh orang tuaku menjadi seorang anak perempuan yang taat beribadah dan aktif dalam kegiatan gereja.

Sebenarnya aku cukup familiar dengan Islam karena hidup di lingkungan yang mayoritas muslim. Bahkan beberapa keluarga jauhku pun ada yang menjadi mualaf.

Lalu pada tahun 1987, tepatnya di pertengahan bulan April, aku berumur 20 tahun. Keluargaku kaget mendengar kabar bahwa aku bilang akan bersyahadat.

Keputusanku menjadi seorang mualaf adalah karena akan menikah dengan seorang pria muslim.

Keluargaku tentu tidak setuju. Tetapi aku juga bersikeras tetap melanjutkan pilihanku dan mengucap dua kalimat syahadat sehari sebelum hari pernikahanku di salah satu masjid di Makassar.

Orang tuaku sangat geram. Sehari setelah duduk pengantin, aku dan suami langsung diusir dari rumah.

Aku akhirnya pergi ke rumah mertua tanpa membawa apa-apa, hanya sepasang pakaian yang aku kenakan di badan.

Aku merasa terombang-ambing. Aku mulai diterpa banyak ujian hidup. Aku terus menguatkan diri dan tetap yakin dengan Allah.

Kemudian aku dikaruniai dua orang anak perempuan. Kami hidup sederhana dan pas-pasan. Tahun 2005, aku memboyong kedua anakku ke Kota Kendari.

Di Kendari, aku mulai memperbaiki diri. Salat wajibku tidak pernah bolong.

Aku juga mulai belajar puasa sunah Senin dan Kamis, salat dhuha dan tahajud.

Amalan-amalan itu tidak pernah aku tinggalkan sampai sekarang. Aku merasa mendapat banyak ketenangan dari hijrahku itu.

Allah bahkan mengabulkan doaku, yaitu mendapatkan rida dan berbaikan dengan kedua orang tuaku pada tahun 2010 saat anak keduaku menikah.

Setelah hari itu, aku rasanya mendapatkan ketenangan batin yang luar biasa hingga hari ini. Rejeki pun datang bertubi-tubi kepada keluargaku.

Aku akhirnya bisa memiliki rumah, membuka usaha, dan yang paling penting adalah kesehatan bagi keluargaku.

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SULTRA