BRI Yakin Hadapi Tahun 2024 dengan Fundamental Kuat

30 Desember 2023 14:37

GenPI.co Sultra - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI memiliki keyakinan yang kuat dalam menghadapi tantangan bisnis di tahun 2024. Hal ini disebabkan oleh dasar yang kokoh yang dimiliki oleh bank ini, salah satunya terlihat dari kondisi keuangan yang stabil.

Sunarso, sebagai Direktur BRI, mengakui bahwa saat ini perekonomian sedang mengalami likuiditas yang ketat. Walaupun demikian, sektor perbankan masih berada dalam batas yang memungkinkan untuk mendorong pertumbuhan.

Di samping itu, BRI juga menunjukkan kinerja likuiditas yang positif pada bulan September 2023. Terbukti dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI yang mencapai 87,76%.

BACA JUGA:  BRI dan PT Freeport Capai Kesepakatan Perjanjian Kerjasama Trade Facility

Menurutnya angka tersebut menunjukkan bahwa bank masih memiliki ruang untuk tumbuh.

“Karena menurut saya BRI harus kelola secara optimal LDR itu di level antara 90% sampai 92%. Kalau di atas 92% sudah ketinggian, kalau di bawah 90% menurut saya mesti mendorong kredit dahulu. Supaya likuiditas yang ada di tangan bank itu tersalurkan secara efektif dan produktif kepada masyarakat dalam bentuk kredit,” ujarnya.

BACA JUGA:  Kerjasama BRI dan BP2MI Tingkatkan Pemahaman Dana Pensiun Pekerja Migran Indonesia

Sunarso melanjutkan, selain itu Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal BRI berada di level 27,48%. Persentase itu berart jauh lebih dari cukup. Karena sebenarnya untuk meng-cover seluruh risiko mengacu dengan ketentuan Basel II, hanya dibutuhkan CAR sekitar 17,5%.

Oleh karena itu, dengan CAR 27,48% menurutnya perseroan masih memiliki kelebihan modal. Dengan demikian, Sunarso menyimpulkan jika setiap tahun BRI membutuhkan tambahan ‘konsumsi’ CAR 2% saja, maka sampai 5 tahun ke depan Perseroan tidak perlu modal tambahan.

BACA JUGA:  Handal Penerapan GCG, BRI Diberikan Penghargaan Indonesia Most Trusted Company

“Tidak perlu nambah modal dan tetap bisa tumbuh secara agresif. Saya kira mungkin itu yang paling penting. Jadi, saya simpulkan, kondisi likuiditas BRI baik-baik saja, tercermin di LDR-nya yang masih relatif rendah, kita masih bisa dorong kredit. Kemudian untuk dorong kredit, modalnya juga sangat tinggi, sangat cukup untuk meng-cover pertumbuhan,” tegasnya.

Optimisme Sektor Perbankan

Sunarso lanjut menjelaskan, optimisme yang dirasakan BRI cenderung dirasakan pula industri perbankan meski likuiditas mengetat. Sunarso yang juga menjabat Ketua Himpunan Bank Negara (Himbara) mengatakan LDR bank pelat merah berada di kisaran 89,31% hingga September 2023, dan cukup aman karena belum lebih dari 92%.

Hal itu ditopang oleh pertumbuhan kredit Himbara yang mencapai 10,94%. Bahkan BRI sendiri, sampai September 2023 kreditnya bertumbuh 12,5% secara tahunan atau diatas pertumbuhan kredit industri perbankan yang berada di kisaran 8%.

Sunarso juga menyebut likuiditas sempat meningkat tajam pada saat pandemi Covid-19 pada periode 2021 dan 2022, dengan rata-rata di atas Rp700 triliun di pasar perbankan. Namun, pada periode Januari ke Oktober 2023 rata-ratanya tinggal Rp564 triliun.

Hal itu menunjukkan bahwa likuiditas perbankan memang mengetat. Kendati demikian, kata dia, masih dalam batas-batas bisa mendorong pertumbuhan. Terbukti pertumbuhan kredit Himbara masih bisa tumbuh di atas rata-rata perbankan.

“Persaingan antar bank, pasti terjadi dalam menghimpun dana. Kita memang harus mendorong untuk bersaing. Tapi yang harus dijaga adalah jangan sampai likuiditas ini juga terkonsentrasi di beberapa bank tertentu saja,” pungkasnya.(*)

Redaktur: Anis Kurniawan

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SULTRA