Kisah Mualaf: Sebelum Pergi, Istriku Berpesan Agar Aku Hijrah

16 Maret 2022 15:00

GenPI.co Sultra - Namaku Maksimus Nong. Keluarga dan kerabat sering memanggilku Mus. Aku lahir di Makassar. Umurku sekarang 66 tahun.

Dahulu aku beragama Nasrani. Namun, aku mulai menjalankan kehidupan baru sebagai seorang muslim saat menikah dengan mendiang istriku, 41 tahun yang lalu di Kota Kendari.

Meski begitu, aku tidak langsung menjalankan tugas dan kewajibanku sebagai umat Islam. Aku bisa katakan perjalanan hijrahku cukup panjang.

Aku dulu bahkan tidak tahu-menahu tentang mengaji dan puasa, apalagi gerakan salat dan bacaannya.

Aku ingat betul Istriku dengan sabar selalu mengingatkan untuk mulai belajar soal Islam. Jawabanku pun selalu sama, ’iya nanti, Insyaallah’.

Sebenarnya alasanku menunda hijrah selama itu adalah karena aku tidak ingin salat dikerjakan hanya untuk menggugurkan kewajiban sebagai seorang muslim.

Aku ingin beribadah dengan sungguh-sungguh, dengan hati ikhlas kepada Allah agar lebih khusyuk dan tidak terputus-putus.

Rasanya selama itu aku berjalan tanpa arah yang jelas. Sampai akhirnya istriku meninggal dunia pada bulan Juli 2020 lalu. Aku begitu sedih dan sangat kehilangan.

Kemudian saat jenazah istriku diantar ke masjid untuk disalatkan, tiba-tiba keinginan untuk berubah datang.

Aku berniat untuk hijrah dan menghabiskan hidupku untuk beribadah.

Diumurku yang saat itu 64 tahun, aku belajar gerakan dan bacaan salat melalui buku dan televisi serta memperhatikan imam di masjid.

Setelah itu, baru aku lanjutkan belajar membaca dan menghafal surah-surah pendek dan amalan sunah lainnya. Aku juga sudah bisa mengumandangkan azan sekarang.

Alhamdulillah, sejak itu perasaanku jauh lebih tenang. Aku tidak pernah merasa kurang dengan keadaanku sekarang.

Keinginanku saat ini adalah fokus beribadah dan memperbaiki diri.

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SULTRA