Berkat BRI, Produk Bandeng Poklahsar Bilvie Tembus Luar Negeri

28 Maret 2022 22:00

GenPI.co Sultra - Mantan TKI Midah Dahmalia, 40, memutuskan membuat kelompok pengolahan dan pemasar (Poklahsar) Bilvie usai pulang dari Malaysia.

Berawal dari tekad kuat dan kreativitas serta potensi yang ada membuat Midah berhasil membuka kelompok usaha klaster perempuan dibidang pengolahan ikan bandeng.

”Saya dulu eks TKI. Rata-rata yang saya tahu mantan TKI itu ketika sudah pulang ke Indonesia itu bingung mau kerja apa. Jarang yang kepikiran buka usaha,” kata Midah.

Midah kemudian berpikir untuk membuka usaha dengan merekrut teman-teman eks TKI, khususnya perempuan.

Di sisi lain, besarnya potensi budidaya bandeng di Kota Serang, khususnya di kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen, menarik minat kelompok pembudidaya ikan.

Peluang terbuka tidak hanya meraup rupiah dalam bentuk bandeng segar. Tapi menyulapnya menjadi macam-macam produk yang memiliki nilai tambah lebih.

Dari sini, lahir usaha pengolahan sate bandeng dan bermacam-macam produk olahan dari bandeng yang digagas Midah sebagai ketua Poklahsar Bilvie.

Poklahsar Bilvie yang dibentuk pada 2015 dengan anggota lima orang ini beralamat di lingkungan kemang RT01 RW02 Kelurahan Penancangan, Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang, Banten.

Seiring berjalannya waktu, anggota mulai bertambah hingga 25 anggota dan animo masyarakat semakin tak terbendung.

Midah pun memutuskan membentuk kelompok-kelompok usaha klaster perempuan baru yang mengolah ikan bandeng.

”Dari 25 orang itu tidak hanya eks TKI saja tapi juga ada ibu rumah tangga yang ikut gabung,” ujarnya.

Modal usaha Rp10 juta kala itu yang berasal dari pinjaman bank sebagai batu loncatan kesuksesan Poklahsar Bilvie.

Modal tersebut kemudian digunakan membeli bahan baku sebanyak lima kilogram ikan bandeng dan peralatan pengolahan ikan semi manual.

Dalam menjalankan usahanya, Poklahsar Bilvie mampu memproduksi hingga 120 kilogram ikan bandeng perhari. Namun, jumlah produksi ikan bisa berubah-ubah tergantung kebutuhan.

Tidak heran apabila pendapatan anggota kelompok setiap bulannya bisa mencapai Rp15-Rp 60 juta.

Secara keseluruhan pendapatan Poklahsar Bilvie mampu mencapai Rp100 juta perbulan. Namun, pandemi Covid-19 awal 2020 menyebabkan omzet turun hingga 70 persen.

Selama pandemi membuat Midah dan rekan banting setir mencari cara agar pendapatannya kembali stabil seperti sebelum pandemi.

”Syukurnya ada kurasi dari kegiatan BRI UMKM EXPO(RT) BRILIAN PRENEUER,” tuturnya.

Setelah lolos dan menjalani coaching, pada 2021 dirinya sudah memiliki toko online di marketplace yang membuat penjualannya mulai stabil.

Ya, pemasaran produk Poklahsar Bilvie sengaja difokuskan menjaring reseller penjualan secara offline.

Sedikitnya sudah ada 40 tokopenyaluran produk khusus untuk reseller. Produknya pun sudah melanglang buana ke seluruh penjuru tanah air.

Bahkan berkat kurasi BRI UMKM EXPO(RT) BRILIAN PRENEUER, penjualan olahan bandeng dapat menjangkau ke tiga negara di Asia, yaitu; Malaysia, Singapura, dan Thailand, termasuk ekspor ke Korea Selatan.

Tidak hanya itu, Poklahsar Bilvie merupakan satu-satunya Poklahsar yang sudah mendapatkan sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) di provinsi Banten.

Diketahui, Poklahsar Bilvie merupakan salah satu usaha binaan BRI.

”BRI memberikan dana sebesar Rp80 juta untuk membeli alat yang dibutuhkan,” ungkapnya.

Midah berharap, kelompok usahanya akan terus berinovasi dan produk Poklahsar Bilvie bisa ekspor ke seluruh Asia dan ke Timur Tengah.

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto mengungkapkan bahwa BRI UMKM EXPO(RT) BRILIAN PRENEUER salah satu upaya menaikkelaskan pelaku UMKM dan mendorong agar dapat go global menjangkau ke pasar internasional.

Hal ini merupakan komitmen BRI untuk terus mendorong kemajuan dan pengembangan kapasitas serta kualitas dari UMKM dan produk UMKM di Indonesia.

”Sehingga produk-produk UMKM Indonesia dapat berkompetisi di dalam dan luar negeri,” ucap Amam.

Dengan keunikan, kualitas dan kontinyuitas yang terus terjaga, diharapkan produk UMKM Indonesia dapat memenangkan persaingan global yang semakin ketat.

”Termasuk dapat menopang perekonomian nasional baik di masa krisis maupun pasca pandemi,” ungkapnya.

Imbuh dia, pemberdayaan menjadi kunci penting untuk mengangkat peran perempuan agar mampu berkarya dan berdikari.

”Semoga kisah sukses Kelompok Usaha ’Poklahsar Bilvie’ bisa jadi inspirasi bagi perempuan-perempuan di Indonesia,” harap Amam. (*)

Redaktur: Hanif Adi Prasetyo

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SULTRA