Gunung Siontapina, Puncak Tertinggi di Buton Sultra yang Sakral

26 Juni 2022 12:00

GenPI.co Sultra - Gunung Siontapina di Kecamatan Lasalimu, Buton, Sultra dianggap menjadi lokasi yang sangat sakral bagi warga setempat.

Gunung ini menjadi lokasi masyarakat melaksanakan upacara Tatura dengan ritual memberikan sesajen pada hutan.

Tradisi turun temurun itu dipercaya dapat menjaga hutan sehingga mampu memberikan manfaat kepada kehidupan manusia.

BACA JUGA:  Kampung Adat Wapulaka, Perdesaan Asri yang Kental Tradisi Leluhur

Upacara Tatura dilaksanakan selama tiga hari, di mana warga yang mendaki di Gunung Siontapina akan menginap selama empat hari.

Pada hari pertama, masyarakat mengadakan ritual samburea atau membersihkan kawasan puncak.

BACA JUGA:  Melongok Tradisi Unik saat Air Laut Surut di Wakatobi Sultra

Hari berikutnya adalah ritual sangka menyaksikan anak-anak perempuan menari di atas batu.

Terakhir adalah ritual matano atau upacara adat pemutaran payung kesultanan Buton.

BACA JUGA:  Ritual Kendi Nusantara, Gubernur Sultra Bawa Tanah dan Air Sakral

Tetua adat La Denggele menuturkan, kegiatan tersebut digelar saat musim kemarau atau biasanya pada bulan Oktober.

Dikutip dari situs Dispar Sultra pada Minggu, (26/6), ritual itu telah dilaksanakan selama ratusan tahun.

Namun, tidak ada yang mengetahui waktu pasti awal mula pelaksanaannya.

Tetapi nenek moyangnya sudah melaksanakannya sejak masih bermukim di tempat tersebut.

La Denggele bercerita, konon puncak Gunung Siontapina seratus tahun yang menjadi permukiman warga.

La Karambau alias Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi yang bergelar Oputa Yi Koo melakukan pelarian dari buruan kolonial Belanda.

Dia merupakan Sultan ke-20 buron di Keraton Kesultanan Buton karena menentang dikte penjajah.

Di puncak Siontapina, La Karambau menghimpun kekuatan dan bersama prajuritnya berhasil mengusir kolonial.

Singkatnya, La Karambau diangkat kembali menjadi sultan ke-23.

Guna memperingati perjuangan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, warga setempat merasa wajib menjaga tradisi tersebut.

Selain warga dari desa-desa itu, ada pula warga Kota Baubau, Buton Utara, dan Buton Selatan yang datang untuk memperingati tradisi tersebut. (*)

Redaktur: Hanif Adi Prasetyo

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SULTRA