Kedua, BRI harus memiliki kecukupan modal. Saat ini perseroan memiliki kecukupan modal yang sangat baik, dimana Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI mencapai 24%.
Persentase tersebut sangat kuat mengingat untuk mencapai minimum requirement yang comply dengan Basel III hanya dibutuhkan 17,5%. “Bisa disimpulkan bahwa modal kami cukup untuk tumbuh beberapa tahun ke depan mungkin 3-4 tahun ke depan,” ujar Sunarso.
Ketiga, BRI harus memiliki kecukupan likuiditas. Adapun Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI baru 88,92%.
BACA JUGA: Volume Transaksi BRImo Tembus Rp 2 Ribu Triliun
Oleh sebab itu perseroan berkomitmen terus mendorong pertumbuhan kredit supaya LDR mencapai level optimal di sekitar 90%-92%.
Terakhir, adalah kualitas dari pertumbuhan itu sendiri.
BACA JUGA: BRI dan Bio Farma Sediakan Fasilitas Business Card di Medbiz
BRI terus berupaya kuat mengelola Non-Performing Loan (NPL) dan Cost of Credit agar terjaga dengan baik. NPL BRI hingga kuartal III/2022 sebesar 3,09% menurun dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 3,27%.
“Cost of credit kami sekarang sudah turun dari 3% ke level 2,88%. Saya kira ini akan bagus kalau kami turunkan kembali sehingga cost of credit menjadi sangat baik,” pungkasnya. (*)
BACA JUGA: Talenta Muda Kembangkan Kompetensi via BRILiaN Young Leader Indonesia
Jangan lewatkan video populer ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News